Sebagaimana diceritakan oleh seorang sahabat yaituĀ Abu Dzarr ia berkata;Ā Aku tiba di dekat Rasulullah shallallahu āalaihi wasallam ketika beliau sedang duduk di bawah naungan Kaābah. Ketika beliau melihatku, beliau bersabda: āDemi Tuhannya Kaābah, mereka itu adalah orang-orang yang merugi.ā Lalu kudekati beliau, seraya aku duduk dan bertanya kepada beliau, āWahai Rasulullah, siapakah mereka?ā beliau menjawab: āMereka adalah orang-orang memiliki harta yag melimpah. Kecuali mereka (yang menghitung-hitung amal kebaikan mereka dengan) mengatakan; Sebegini, sebegini, sebegini (sambil beliau memberi isyarat ke muka dan ke belakang, ke kanan dan ke kiri). Tetapi mereka ini jumlahnya hanya sedikit. Tidak seorang pun pemilik unta, pemilik sapi, dan pemilik kambing yang tidak membayar zakat ternaknya, melainkan pada hari kiamat kelak hewan-hewan ternaknya yang paling besar dan gemuk datang kepadanya menanduk dengan tanduknya dan menginjak-nginjak orang itu dengan kukunya. Setiap yang terakhir selesai menginjak-injaknya, yang pertama datang pula kembali. Demikianlah siksa itu berlaku sehingga perkaranya diputuskan.āĀ (HR Muslim)
Banyak hal yang dapat kita tarik kesimpulan dari berbagai ayat Al-Qurāan dan hadits yaitu Allah SWT Ā meluaskan dan menyempitkan sebagian rezeki hamba-Nya.Ā Oleh karena itu, ketika kita diberikan/diamanahi rezeki kendaraan, tempat tinggal, sawah dan harta yang berlimpah, kita harus berpikir bagaimana supaya rezeki yang dita dapatkan dapat bermanfaat untuk dunia dan akhirat, kemudian Allah SWTĀ tambahkan salah satu jalannya ialah dengan cara menginfakkan sebagian harta kita dan diberikan kepada yang lebih berhak, seperti anak-anak yatim, orang miskin dll. Karena harus kita ingat, bahwaĀ di sebagian harta milik kita ada hak-hak untuk mereka yang lebih membutuhkan.